MATARAMPOS.COM – Angka testing Covid-19 di Indonesia sejak pekan kedua Januari 2021, tercatat sudah melampaui standar pemeriksaan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 1.000 orang per 1 juta penduduk per minggu. Namun capaian testing belum merata karena didominasi pemeriksaan di Pulau Jawa dan Bali terutama di Provinsi DKI Jakarta.
“Capaian testing Indonesia secara nasional sudah terkejar sesuai WHO, tapi gabungan antara PCR, TCM (tes cepat molekuler), dan antigen, tapi tidak merata di semua daerah karena 80% di Pulau Jawa dan Bali, terutama di Jakarta,” kata Ketua Bidang Relawan Satgas Covid-19 Nasional, Andre Rahadian, dalam webinar Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI) bertajuk “Bagaimana Strategi Penanganan Covid-19 Gelombang ke-2”, Sabtu (31/7/2021).
Andre mengatakan, sebaran testing yang tidak merata membuat angka positivity rate Indonesia masih sangat tinggi yaitu mencapai 40% dibandingkan standar WHO sebesar 5%. Berdasarkan data Satgas Covid-19, jumlah testing di Indonesia pada pekan ke-4 Juli 2021 mengalami penurunan namun tetap melampaui target WHO yaitu 405,02%.
“Ini karena jumlah testing kita masih terbatas, meskipun secara standar sudah sesuai tapi belum merata,” kata Andre yang juga Ketua Umum Iluni UI.
Beliau mengakui, tantangan dalam menghadapi gelombang 2 Covid-19 yang didominasi varian Delta, adalah memperbanyak jumlah testing. Namun, testing PCR sebagai gold standard memiliki sejumlah kendala karena keterbatasan laboratorium dan kemampuannya untuk memproses tes PCR.
“Ada kebijakan laboratorium PCR terpusat, jadi butuh waktu dan pembiayaan terkait keberadaan laboratorium di daerah,” kata Andre.
Andre mengatakan pemerintah mengejar angka testing dengan tambahan tes TCM dan rapid antigen, meskipun tetap ada klasifikasi data setiap jenis tes. Pemerintah menyadari bahwa tes antigen dibutuhkan sebagai terobosan agar tes berjalan masif dan terjangkau.
“Kita menyadari harus dipisah spesimen PCR dan antigen karena antigen sebetulnya hanya untuk screening,” ujarnya.