MATARAMPOS – Pemkot Mataram berusaha menutup celah masuknya penyebaran virus Covid-19 ke wilayahnya dari luar. Ada tiga pintu masuk yang dijaga petugas. Yakni di Gerimax, Bundaran Jempong atau Menara Mataram Metro, dan di Dasan Cermen.
“Itu (penjagaan) akan dilaksanakan sampai Minggu (23/5/2021) mendatang,” kata Juru bicara Satgas Covid-19 Kota Mataram I Nyoman Suwandiasa.
Penjagaan tim gabungan Satgas Covid-19 Kota Mataram di pintu masuk sudah dilaksanakan sejak Kamis (20/5/2021), bertepatan dengan moment Lebaran Topat. Tujuannya, untuk mencegah warga luar kota datang berlibur ke Mataram saat libur Lebaran.
Bahkan, secara acak petugas melakukan rapid tes antigen dan tes GeNose kepada warga luar kota yang masuk ke Mataram. “Mereka diperiksa aparat kepolisian. Kemudian warga secara acak diminta rapid antigen. Ada satu orang yang reaktif tadi,” ujar Nanang, petugas Rapid Antigen dari Puskesmas Tanjung Karang, ditemui Lombok Post di depan Menara Mataram Metro.
Nanang mengungkapkan, ada 17 orang yang dirapid antigen oleh timnya. Dari jumlah tersebut hanya satu orang yang dinyatakan reaktif. Ia berada dalam satu rombongan warga yang menggunakan kendaraan pikap hendak masuk ke Kota Mataram. Mereka berasal dari wilayah Lombok Barat.
Karena salah satu diantara mereka reaktif, maka kendaraan tersebut diminta putar balik. Kemudian warga yang reaktif diimbau untuk isolasi mandiri. Selanjutnya, pihak PSC 119 berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 Lombok Barat. Agar pengawasan diberikan kepada warga yang reaktif tersebut.
“Kami akan berkoordinasi dengan tim Satgas kabupaten atau kota lain,” jelasnya.
Petugas rapid tes dari Puskesmas akan bergantian berjaga di pintu masuk Kota Mataram. “Kami di sini sampai siang. Nanti dari jam 13.00 Wita sampai sore ada tim dari Puskesmas Pagesangan yang berjaga,” jelasnya.
Selain petugas kesehatan dari Puskesmas, tim dari RSUD Kota Mataram juga diterjunkan. Mereka membawa alat GeNose yang didatangkan oleh rumah sakit belum lama ini.
“Kalau kami tadi hasil GeNose ada 12 orang. Alhamdulillah semua negatif,” jelas petugas RSUD Kota Mataram Dewi Sayu Vironika.
Seperti yang diungkapkan oleh Ayu, untuk tes GeNose memang dilakukan secara acak. Jumlahnya tidak terlalu banyak akibat keterbatasan alat. Mereka yang dites pun ditentukan pihak kepolisian karena dilihat tidak menerapkan protokol kesehatan. Misalnya tidak menggunakan masker.
Berbeda dengan tes rapid antigen yang dilakukan Puskesmas, tes GeNose hanya dilakukan hingga siang pukul 12.00 Wita. Lantaran, alat GeNose tidak bisa terlalu lama di ruang terbuka dengan udara yang cukup panas. “Kalau kami dari pihak rumah sakit untuk tes GeNose setengah hari saja,” cetusnya.
Terpisah, Plt Wakil Direktur Pelayanan RSUD Kota Mataram dr Tris Cahyoso mengatakan, alat tes GeNose yang disiapkan pihaknya tidak bisa mendeteksi Covid-19 bagi pengendara yang melintas pada Lebaran Topat kemarin. “Tapi bukan alatnya yang rusak. Namun karena tempatnya yang tidak memungkinkan,” kata dr Tris.
Alat GeNose hanya dapat mendeteksi 12 orang pengendara yang melintas. Setelah itu alat tersebut eror lantaran tenda yang digunakan kurang repsentatif. “Ruangan alat GeNose tidak boleh terlalu panas,” tutur dia.
Menurutnya, alat GeNose ini menggunakan parameter udara. Sehingga butuh ruangan yang nyaman.
Sebelumnya, dia mengira tenda di Bundaran Mataram Metro yang disiapkan untuk alat GeNose tertutup dan menggunakan AC. Tapi ternyata, tendanya terbuka dan tidak ada AC-nya. Sehingga alat GeNose terganggu.
“Saya kira tendanya seperti yang ada di Lombok Epicentrum Mall (LEM). Tertutup dan menggunakan AC,” kata Tris, sapaan karibnya.
Kendati demikian, lanjut dia, alat tersebut sudah dipindahkan ke dalam mobil dan bisa kembali digunakan. “Sebelumnya kita sudah minta agar tendanya tertutup dan ada AC-nya,” imbuh dia.