Stok Oksigen Medis di NTB Menipis, Permintaan RS Meningkat

MATARAMPOS – Stok oksigen medis untuk NTB berada pada level kritis. Ketersediaannya bahkan diprediksi habis dalam waktu dekat, jika tidak ada intervensi luar biasa dari pemerintah.

”Stok oksigen per hari ini kritis. Saya sudah lapor ke Gubernur, Direktur RSUP (RSUD NTB), dan Kadikes,” kata Max Suparta, owner CV Bayu Bangun Sakti (BBS), produsen oksigen di NTB.

Dalam kondisi kasus covid yang stabil, CV BBS melayani permintaan oksigen paling tinggi 120 ton dengan kapasitas produksi hingga 220 ton, setiap bulannya. Namun, lonjakan kasus terjadi di NTB membuat permintaan oksigen dari rumah sakit melonjak tinggi. Hingga 500 persen.

Kenaikan permintaan oksigen mulai dilakukan RSUD NTB dan RSUD Kota Mataram. Mulai kemarin (26/7), kedua RS tersebut meminta suplai oksigen 9 ton per hari. RSUD NTB 5,5 ton dan RSUD Kota Mataram 3,5 ton. Artinya, dalam satu bulan kebutuhan oksigennya mencapai 270 ton. Melebihi dari kemampuan perusahaan. ”Itu minta kenaikannya per hari ini. Setiap hari 9 ton,” beber Max.

Max mengatakan, stok oksigen hanya bisa bertahan paling lama hari ini. Lewat dari itu, Max tidak bisa memberi garansi, apakah oksigen masih ada atau tidak untuk disuplai ke seluruh fasilitas kesehatan di NTB.

CV BBS sedang berusah keras mencari pasokan bahan baku di wilayah Pulau Jawa. Meski kesempatannya kecil, ia berharap masih ada stok untuk menambah kapasitas produksi oksigen di NTB.

”Di  wilayah Jawa kita tahu sendiri kondisinya seperti apa. Ini ada kita dapat lima ton, sekurangnya sampai besok pagi aman,” ungkap Max.

Kritisnya stok oksigen tak lepas dari meledaknya kasus covid di NTB. Kata Max, ketika gubernur NTB datang Jumat pekan lalu, kondisi stok oksigen di perusahaan masih di bawah level kritis. Tapi situasi berubah dengan cepat. ”Sekarang bukan hitungan hari lagi, tapi jam,” tuturnya.

Menurut Max, harus ada terobosan yang dilakukan pemangku kebijakan. Mau tidak mau harus dilakukan. Salah satunya mengendalikan penggunakan alat, yang memboroskan oksigen. ”Tidak bisa kita tingkatkan kapasitas produksi dalam hitungan hari,” tandas Max.

Kemarin, Wakil Gubernur NTB Hj Sitti Rohmi Djalilah kembali meninjau CV BBS dan PT Samator Gas di Lombok Barat. Dengan kondisi kritisnya ketersediaan oksigen, Rohmi menyebut pemerintah akan berupaya keras mencari jalan keluarnya.

”Penggunaan yang tidak perlu, tidak usah. Kalau alatnya boros, dipertimbangkan lagi penggunaannya,” kata Rohmi.

Rohmi masih mengklaim kalau stok oksigen untuk NTB masih aman. Hanya saja, kondisi aman tersebut terjadi jika kasus covid di NTB melandai. ”Tapi kan kita tidak tahu kalau kasus naik, bagaimana bisa aman,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB dr H Lalu Hamzi Fikri mengatakan, berdasarkan data harian, RSUD NTB dan RSUD Kota Mataram paling banyak mengkonsumsi oksigen. Tak lepas dari status keduanya sebagai rumah sakit rujukan, yang hingga kini banyak menangani pasien kritis.

”Bahasa saya itu lampu kuning. Artinya kita harus benar-benar waspada dengan ketersediaan oksigen kita,” kata Fikri.

Guna menjaga ketersediaan oksigen, penggunaan High Flow Nasal Cannula (HFNC), harus lebih selektif. ”Langkah yang kita lakukan di tingkat RS, meminta agar lebih efisien penggunan oksigen,” tandas Fikri.

Share
x

Check Also

Belanda Mendadak Setop Pakai Facebook, Ini Alasannya

Pemerintah Belanda mengumumkan pihaknya tidak akan menggunakan Facebook lagi di masa depan. Mereka beralasan tujuannya ...

Produk Tembakau yang Dipanaskan Minim Digunakan oleh Remaja di Negara-negara Maju

Penggunaan produk tembakau alternatif oleh remaja di bawah usia 18 tahun menjadi keprihatinan para pemangku ...

Ketahui 5 Perbedaan Label Kadaluwarsa Kemasan Makanan

Menjelang hari Lebaran, ada berbagai diskon yang digelar gerai-gerai belanja. Salah satu item yang cukup ...