MataramPost.com- Wakil Gubernur, Sitti Rohmi Djalilah menegaskan, kasus Covid-19 di NTB dalam keadaan terkendali. “Kondisi NTB masih aman. Tapi dalam arti, kini kita berada pada titik waspada,” kata Sitti dalam diskusi virtual dengan tema “Menggagas Pondok Isolasi Mandiri dan Gerakan Vaksinasi. Peran Organisasi Keagamaan Melawan Covid-19”, (9/12/2021).
Dalam diskusi yang diselenggarakan ESPE Syndicate itu, Wagub menjelaskan, keterisian tempat tidur ruang perawatan intensif pasien Covid-19 di seluruh rumah sakit di Kota Mataram kini sudah mencapai 81 persen. Sementara kondisi lebih buruk lagi ada di Lombok Barat. Seluruh rumah sakit di Lobar ruang ICU pasien Covid-19 kini sudah terisi 90 persen.
Sementara untuk angka kematian, kata dia, delapan daerah berada pada zona merah. Kondisi paling buruk ada di Lombok Tengah. “Dengan angka kematian 5,3 persen dari seluruh penderita Covid-19 di daerah tersebut,” kata dia.
Sitti menjelaskan, di tengah kondisi seperti ini, NTB sedang tidak punya pilihan. NTB harus memutuskan untuk hidup aman tapi tetap produktif. Karena itu, mutlak bagi seluruh masyarakat di NTB untuk hidup dengan mengedepankan protokol kesehatan.
“Tidak ada pilihan lain. Kalau kita tidak menjalankan protokol kesehatan (prokes), kita collapse. Kita tidak bisa memilih,” tandas Wagub.
Belakangan, kata Wagub, kondisi kian mengkhawatirkan. Sebab, kebutuhan oksigen yang terus naik. Sementara pasokan juga memerlukan waktu untuk memenuhi seluruh permintaan. Kabar gembiranya, kemarin, NTB sudah mendapat bantuan 19 ton oksigen.
Ditegaskannya, penanganan Covid-19 ini akan terlalu berat jika diserahkan sepenuhnya pada pemerintah sendiri. Karena itu, Wagub menegaskan, seluruh komponen di NTB butuh kerja sama.
“Kita harus gotong royong. Gotong royong tegakkan prokes di seluruh lini kehidupan. Sepele, tapi banyak orang yang anggap enteng,” tandasnya.
Mengandalkan penanganan pandemi Covid-19 hanya dari sisi kuratif belaka sudah pasti, kata Wagub tak akan mampu mengatasi persoalan. Sebab, seluruh sumber daya yang dimiliki pemerintah pasti ada batasnya. Dia mencontohkan. Untuk menyiapkan satu orang tenaga kesehatan saja butuh puluhan tahun.
Karena itu, pilihan terbaik yang dimiliki NTB saat ini adalah mengedepankan tindakan preventif. NTB mempunyai peluang besar dalam hal tindakan preventif ini. Kuncinya, kata Wagub, asal kita semua mau menjalankannya.
Itu sebabnya, dia menegaskan pentingnya peran masyarakat yang sangat besar. Dan inilah yang kini menjadi PR besar. Bagaimana meyakinkan masyarakat agar bersatu sehingga dalam seluruh aktivitas yang dijalani, bisa semuanya mematuhi protokol kesehatan.
Diakuinya, selama ini, masih ada fokus yang terbelah pada hal-hal yang tidak esensial. Karena itu, saatnya kini fokus dikembalikan pada upaya-upaya untuk memastikan masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Mereka yang abai harus sadar sepenuhnya, bahwa mereka bisa menjadi pembunuh bagi orang lain. (Nur)