MATARAMPOS – Sekitar pukul 08.15 WIB, Senin, 28 Juni 2021, Fahmi keluar dari pesawat yang ditumpanginya. Dia baru saja mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II) Pekanbaru setelah bertolak dari Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Banten, untuk sebuah urusan pekerjaan yang mana berdomisili di Kota Mataram, NTB.
“Saat di bandara semua langsung diarahkan untuk diswab antigen ulang. Kaget juga kan, kok di swab lagi, padahal kan untuk syarat perjalanan wajib ada surat keterangan bebas Covid-19, artinya kita sudah diswab. Tapi saya ikut aja,” katanya, Rabu, 30 Juni 2021.
“Saya tanya ke petugas, apakah surat keterangan bebas Covid-19 yang saya punya nggak berlaku?” tambahnya. “Petugas bilang, surat bebas Covid-19 masih berlaku namun memang untuk di Riau memberlakukan swab ulang untuk antisipasi masuknya virus corona dari Pulau Jawa.”
Pulau Jawa saat ini menjadi sorotan karena tingginya angka kasus penyebaran corona secara harian. Sejumlah pihak bahkan telah menyerukan agar langkah untuk mengunci wilayah —- khusus di Jawa —- segera dilakukan, terutama di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengan dan Jawa Timur.
Langkah lockdown dianggap paling efektif agar penyebaran virus corona tidak menyebar. Para ahli epidemiologi mengatakan Covid-19 varian delta memang berkali – kali lebih cepat penyebarannya. Sehingga pemerintah daerah dianggap perlu mengambil langkah jelas untuk menyelamatkan daerah masing-masing.
“Kami sudah membicarakan masalah ini di internal Tim Satgas Penanganan Covid-19. Kita tak mungkin menanggung risiko yang lebih besar dengan pertimbangan kesiapan daerah menghadapi lonjakan angka kasus yang tinggi,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Riau dokter Indra Yovi.
Rasa khawatir ini wajar adanya, mengingat jalur transportasi baik melalui udara dan laut tidak ditutup. Pengetatan pintu masuk dengan pemberlakuan syarat keberangkatan tidak serta merta akan membuat mobilitas pergerakan orang turun. Satu sisi pertimbangan ekonomi, dan di sisi lain pertimbangan kesehatan.
Gubernur Riau Syamsuar melakukan peninjauan di Bandara SSK II Pekanbaru dan melakukan komunikasi lebih intensif dengan pihak PT. Angkasa Pura II. Mereka juga mengundang pihak yang berwenang di pelabuhan untuk sama – sama membahas langkah apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi masuknya Covid-19 dari Pulau Jawa.
“Pertemuan itu menghasilkan kebijakan yang menurut kami cukup untuk menjadi solusi. Maka setiap orang yang datang ke Riau baik dengan perjalanan udara maupun laut, dari daerah zona merah Covid-19, harus diswab ulang,” kata dokter Indra Yovi.
“Itulah yang saya alami saat pulang dari Jakarta kemarin,” ucap Fahmi. “Sebagai masyarakat dan penumpang pada dasarnya tak ada soal dengan kebijakan ini. Karena saya menyadari bagaimana tingginya angka kasus Covid-19 di Pulau Jawa. Terutama beberapa waktu belakangan ini.”
Fahmi, satu dari sekian banyak penumpang bandara yang harus menjalani swab antigen ulang saat mereka tiba di Pekanbaru. Langkah deteksi dini sebagai bentuk antisipasi itu, memang harus dilaksanakan secara disiplin. “Kalau ada satu aja yang lost, dan ternyata itu membawa Covid-19 varian delta, menurut saya itu sangat berisiko sekali,” katanya.
“Kebijakan swab antigen ulang di Bandara SSK II secara resmi sudah diberlakukan sejak 25 Juni 2021. Kami juga sudah menerima surat secara resmi dari Gubernur Riau yang meminta sistem ini diberlakukan. Terutama terhadap setiap penumpang maskapai dari Pulau Jawa,” kata Executive BM PT. AP II Pekanbaru Yogi Prasetyo.
Untuk kelancaran proses swab antigen ulang, pihaknya melakukan kerjasama dengan instansi terkait, seperti Diskes Provinsi Riau, Diskes Kota Pekanbaru, Polresta Pekanbaru termasuk melibatkan pihak Lanud Reosmin Nurjadin Pekanbaru, KKP serta pihak airline sendiri.
Sementara di tingkat provinsi, penekanan terhadap pendisiplinan protokol kesehatan menjadi fokus utama. Terutama terhadap para tamu yang datang dari Pulau Jawa dan sekitarnya.
“Setiap pertemuan atau rapat dengan tamu dari Jawa, kita lebih menekankan disiplin protkesnya dan membatasi interaksi. Bahkan untuk beberapa kegiatan yang memang sifatnya penting hanya dilakukan secara virtual,” kata Gubernur Riau Syamsuar.
“Kita pernah berada dalam situasi berat saat angka kasus penyebaran Covid-19 harian menanjak sampai 800 kasus dalam sehari. Kami juga melihat langsung bagaimana sulitnya rumah sakit menyiasati ruang isolasi dan perawatan, bagaimana dinas terkait berupaya untuk memastikan obat – obatan harus tetap ada. Kalau angka kasus Covid-19 di Riau kembali naik, kita pasti akan kesulitan lagi,” ujarnya.
Satgas Penanganan Covid-19 Riau mencatat sejak lonjakan kasus pascalebaran Idul Fitri lalu, kini rata-rata kasus harian di Riau turun dan melandai. Namun angkanya masih pada kisaran 100-200 kasus per hari. Tercatat hingga 29 Juni 2021, total terkonfirmasi Covid-19 di Riau menjadi 70.118 kasus. Dengan rincian ada 65.454 pasien yang sembuh, dan 1.921 meninggal dunia.
Sementara itu, jumlah pasien yang masih menjalani isolasi tercatat masih ada 2.743 orang. “Adapun 2.743 pasien isolasi ini, terbagi menjadi dua, yaitu 2.199 orang isolasi mandiri dan 544 dirawat di rumah sakit,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nasir.
“Setelah urusan pekerjaan di Pekanbaru ini selesai, saya harus kembali lagi ke kampung halaman di Mataram, dan mungkin akan melewati beberapa proses lagi, ” ujar Fahmi sambil mengirimkan pesan whatsapp kepada istrinya. Fahmi pun menghimbau kepada seluruh warga Indonesia, yang masih harus tetap melakukan perjalanan darat, udara ataupun laut di masa pandemi ini, harus benar – benar menerapkan protokol kesehatan. ” Kalau perlu, pakai masker dobel aja”. ***