Salah satu usaha yang terdampak pandemi covid-19 di Kota Mataram

Tabungan Umrah Terpaksa Dipakai Untuk Kebutuhan Hidup Selama Pandemi

MATARAMPOS – Seorang ibu muda yang memiliki 3 anak, yang mana 2 diantaranya tengah menjalankan kuliah di salah satu Universitas terkemuka di Kota Bandung, berbagi cerita selama pandemi covid-19 kepada matarampos.com di kedai tempat Ibu Tita ini mengais rezeki. Tak terasa sudah jalan 6 tahun usaha penjualan rumah makan nya yang berlokasi di Mataram, NTB.

Sebelum pandemi covid-19 hadir di Indonesia, Ibu Tita setiap harinya menerima pesanan catering untuk makan siang dan makan malam yang mana bisa mendapatkan sekitar 300-500 porsi per harinya, dengan jumlah karyawan 7 orang. “Kalau orderan nya sampai 500 porsi, biasanya saya minta bantu dari ibu-ibu tetangga sekitar dan diberikan bayaran yang sesuai”, ujar Ibu Tita berbagi kenangan di masa sebelum pandemi covid-19.

Kedai Warung Rucita, nama kedainya diambil dari nama anak bungsunya, sesuai usulan dari suaminya untuk memberikan nama anak bungsunya, karena tergolong unik dan pas untuk dijadikan nama kedainya. “Awalnya mau dinamakan Warung DDR, inisial ketiga anak saya, akhirnya Warung Rucita aja” kata Ibu Tita sambil tertawa.

Pandemi Covid-19 ini sangat membuat Ibu Tita sedih dan merasakan kesulitas secara finansial, ” Langganan kami ini kebanyakan dari pemerintah kota, untuk acara kegiatan di kantor walikota, ada juga untuk pesta pernikahan serta dari beberapa travel agent untuk grup wisata” ungkap beliau. Selama pandemi ini, kegiatan pemerintah banyak ditiadakan, pesta pernikahan pun sangat dibatasi, maka Ibu Tita pun sepi orderan. “Palingan hanya mengandalkan tamu yang makan di tempat, tapi itu pun sedikit”, keluh Ibu Tita.

Sebagai ibu yang memiliki 3 anak, yang mana 2 diantaranya tengah menjadi mahasiswa, pasti membutuhkan banyak biaya, ” Suami ga kerja, dia kan bantu di kedai juga, kami berdua yang turun langsung”. Biasanya sebelum pandemi, penghasilan yang didapatkan dari penjualan catering ini bisa mencapai 10 hingga 30 jutaan sebulan, dengan hasil usaha tersebut Ibu Tita sudah memiliki tempat usaha sendiri, milik sendiri serta bisa menyekolahkan 2 anaknya di Universitas di Kota Bandung.

” Sekarang, dapet 2 atau 3 juta aja sebulan udah alhamdulilah”, ujar Ibu Tita dengan mata yang berlinang.

Selain berkurangnya penghasilan, Ibu Tita juga dengan sangat menyesal harus merumahkan 7 orang karyawannya, karena produksi sudah berkurang. “Sekarang tinggal saya sama bapak aja yang ngurus kedai ini”.

Ibu Tita mengungkapkan, kebutuhan sehari-hari serta untuk biaya pendidikan anak-anak nya jika berharap dari penjualan selama pandemi, tentulah tidak tertutupi, dengan terpaksa beliau harus mengambil dari tabungannya yang mana tabungan itu sebelumnya dikumpulkan untuk biaya mereka mau menunaikan ibadah umrah.

” Tahun 2020 awal kami sudah daftar Umroh untuk keluarga dan orangtua kami di travel, baru bayar DP aja, jadi kami nabung biar bisa cepat berangkat, tapi sekarang tabungan umrohnya udah terpakai, terus umrohnya juga masih tutup”, ungkap beliau dengan nada sedih.

Selain tabungan umroh yang terkuras, Ibu Tita juga terpaksa harus menjual mobil kesayangannya, untuk biaya pendidikan kedua anaknya yang tidak murah. ” Walaupun belajarnya daring, tapi tetap aja harus bayar uang kuliahnya, ada diskonnya, tapi sedikit” kata Ibu Tita

“Mungkin ada yang lebih susah dari saya karna kondisi pandemi ini, tapi selama 6 tahun ini saya jalankan usaha, barulah sekarang ini saya merasa sedih dan selalu mengeluh karna kondisi seperti ini sama suami”, . Ibu Tita mengungkapkan bahwa pendapatan penjualan selama pandemi, hanya cukup untuk makan kami sehari-hari, sementara untuk pengeluaran lainnya dengan terpaksa menggunakan tabungan yang ada. “Alhamdulilah, kami ada tabungan, walaupun untuk umroh, insyaAllah nanti diganti lagi sama Allah, karna niat kami memang ingin umroh bersama-sama” ujar Ibu yang berusia 45 tahun ini.

Masa pandemi yang belum berakhir ini, menurut pantauan matarampos.com, untuk usaha rumah makan atau catering beberapa  mengalami penurunan, hal ini disebabkan juga karna adanya PPKM di Kota Mataram. Sehingga mobilitas masyarakat pun di batasi.

Ibu Tita menyampaikan, bahwa ada yang memberikan saran untuk menjalankan usaha dengan sistem online, namun itu tidak dilakukan, karena keterbatasan pengetahuan mengenai teknologi. ” Ga ngerti yang online-online gitu, anak saya sibuk kuliah online aja”, ujar pemilik Warung Rucita ini.

“Semoga pandemi ini segera berakhir, agar pemerintah juga bisa menjalankan kegiatan lagi, dan pesta pernikahan bisa di gelar lagi”. Selain itu sektor wisata juga agar segera dibuka kembali, agar para wisatawan kembali berkunjung ke Lombok. “Kalau tempat wisata udah buka, biasanya tour guide sering pesan catering/nasi kotak banyak”, ungkap Ibu Tita yang merindukan masa-masa itu.

Hampir semua sektor merasakan kepahitan dengan adanya Covid-19 ini, untuk itu agar pandemi ini segera berakhir, mari kita dukung program pemerintah untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, Mencuci tangan, Memakai masker dan Menjaga jarak. Selain itu, hal penting lainnya adalah melakukan vaksinasi covid 19 agar kekebalan tubuh kita semakin baik sehingga dapat menurunkan kasus covid 19 di negeri kita ini. (jun)

Share
x

Check Also

Departemen Kehakiman AS Siapkan Solusi untuk Kasus Monopoli Google di Bisnis Mesin Pencari Internet

Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) berencana untuk mengumumkan solusi terkait kasus monopoli yang melibatkan Alphabet, ...

“Jaga Zapin” Terbukti Efektif jaga Stabilitas Harga TBS Kelapa Sawit Riau

MATARAMPOS.COM  – Masih ingat dengan “Jaga Zapin?” Program yang disingkat dengan Jaga Zona Pertanian, Perekonomian ...

Tips Menabung yang Mudah untuk Mahasiswa dan Pelajar

Pada prinsipnya, ada banyak tips menabung uang yang bisa dilakukan mahasiswa dan bisa dijadikan sebagai ...