Nilai Tukar Rupiah Gagal Bangkit di Tengah Melemahnya Dolar AS

Nilai tukar rupiah masih lemah pada awal pergadangan pekan ini, Senin, 10 Maret 2025. Padahal, tren pelemahan dolar Amerika Serikat (US$) masih berlanjut.

Rupiah terseret sentimen negatif dari kawasan Asia, khususnya setelah data deflasi Tiongkok meningkatkan kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global. Di tengah ketegangan perdagangan antara negara-negara besar, rupiah ikut tertekan bersama mata uang emerging market lainnya.

Menurut data Bloomberg, rupiah dibuka melemah tipis 0,06% ke level Rp16.305 per dolar AS. Rupiah mengalami pelemahan bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.

Baht Thailand memimpin pelemahan dengan turun 0,28%, diikuti oleh peso Filipina yang melemah 0,25%, dolar Taiwan 0,13%, ringgit Malaysia 0,12%, serta yuan offshore 0,11%. Sementara itu, yen Jepang menjadi satu-satunya mata uang Asia yang menguat pagi ini, naik sebesar 0,44%.

Di sisi lain, indeks dolar AS terus melemah dan berada di kisaran 103,7 setelah mencatat kinerja mingguan terburuk sejak 2022, dengan penurunan sebesar 3,51% pekan lalu. Namun, pelemahan dolar AS tidak cukup untuk mendorong penguatan rupiah, yang masih terbebani oleh tekanan eksternal dan ketidakpastian ekonomi global.

Di pasar domestik, pelemahan rupiah beriringan dengan pergerakan negatif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG dibuka turun 0,26% dan terus melemah hingga ke level 6.596, mencatatkan penurunan 0,59% dibanding posisi pekan lalu.

Sementara itu, pasar surat utang mencatat pergerakan variatif. Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 2 tahun turun 3,6 basis poin ke level 6,528%, sedangkan tenor 5 tahun naik 1 basis poin ke 6,678% dan tenor 10 tahun naik tipis 0,7 basis poin ke 6,875%.

Secara teknikal, rupiah memiliki level support psikologis di Rp16.310 per dolar AS, dengan potensi pelemahan lebih lanjut ke Rp16.350 per dolar AS. Jika dalam pekan ini rupiah mampu bertahan di atas Rp16.200 per dolar AS, ada peluang penguatan ke Rp16.100 per dolar AS. Namun, jika tekanan jual berlanjut hingga menembus Rp16.350 per dolar AS, rupiah berisiko terus melemah menuju level support berikutnya di Rp16.400 per dolar AS.

Sebagaimana diketahui, perang dagang antara AS dan Tiongkok kembali memanas setelah Negeri Tirai Bambu memberlakukan tarif balasan sebesar 15% terhadap komoditas pertanian AS mulai hari ini.

Sementara itu, tenggat waktu kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap Uni Eropa, yang mencakup bea masuk 25% untuk baja dan aluminium, akan berakhir pekan ini. Uni Eropa pun diperkirakan akan memberikan respons resmi dalam waktu dekat.***

Share
x

Check Also

Mendagri Tunjuk Tedjowulan Pimpin Karaton Surakarta Sementara Usai Wafatnya Paku Buwono XIII

Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat resmi mengalami kekosongan kepemimpinan setelah wafatnya Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan (ISKS) ...

Waspada! Begini Cara Aman Pakai Kompor Gas di Rumah

Penggunaan tabung gas LPG menjadi bagian penting dari aktivitas rumah tangga sehari-hari. Namun, kelalaian kecil ...

Tips Aman Menyimpan Uang di Aplikasi Digital agar Tidak Kena Tipu

Menyimpan uang kini tak lagi harus di bank konvensional. Aplikasi digital seperti dompet elektronik dan ...