LOMBOK TENGAH- Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah (Pemkab Loteng) menggelar Sangkep Warige (musyawarah, Red) penentuan tanggal, hari dan bulan pelaksanaan Bau Nyale. Sangkep Warige tersebut dilaksanakan di Dusun Ende, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Sabtu (8/1/2022) kemarin.
Pada Sangkep Warige tersebut, dihadiri oleh Wakil Bupati Loteng HM. Nursiah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Loteng H Lendek Jayadi, kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB Yusron Hadi dan sejumlah pejabat lainnya. Selain itu, hadir juga tokoh adat dari 8 penjuru mata angin, budayawan, akademisi, tokoh agama dan sejumlah tokoh pemuda serta sejumlah Pemdes di Kecamatan Pujut.
Ketua Majelis Krame Adat Sasak Loteng, HL. Suhardi yang juga hadir dalam pertemuan sakral tersebut mengatakan, bahwa proses Sangkep Warige ini merupakan tindaklanjut dari pertemuan sebelumnya. Yang hajatannya untuk menentukan hari, tanggal dan bulan perayaan event Bau Nyale.
Dalam pelaksanaan ritual adat yang sebelumnya dilalui dengan perdebatan alot inipun kata Suhardi, disepakati bahwa pelaksanaan Bau Nyale tahun ini akan berlangsung selama 2 hari. Yakni pada hari Minggu dan Senin tanggal 20-21 Februari 2022 Masehi. Atau bertepatan dengan tanggal 19-20 Rajab 1443 Hijriah. Dan ini merupakan Bau Nyale awal (tunggak Sasak, Red).
“Dalam pertemuan sebelumnya dan hari ini walaupun masing-masing tokoh adat dan budaya 8 penjuru mata angin yang memahami ilmu bintang berdebat cukup alot. Alhamdulillah kita bisa simpulkan hari ini, melalui kombinasi kalender masehi, hijriah, dan kalender sasak bahwa pelaksanaan Bau Nyale 2022 ini jatuh pada tanggal 20-21 Februari,” ungkapnya.
Dikatakan juga oleh Suhardi, bahwa perayaan event Bau Nyale ini nantinya tetap akan dipusatkan di Pantai Seger. Sebab, Pantai Seger merupakan lokasi sentral dari munculnya legenda Putri Mandalika. Artinya, walaupun ada beberapa penyalek (lokasi Bau Nyale, Red) di Pantai Selatan Loteng ini, tetap sentralnya di Pantai Seger, Desa Kuta.
“Tetap sentral pelaksanaannya di Pantai Seger. Silahkan masyarakat yang melaksanakan Bau Nyale di Penyalek lain menyesuaikan diri dan tidak masalah,” terangnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Loteng HM. Nursiah menegaskan, bahwa tradisi Bau Nyale ini merupakan adat istiadat yang sangat unik dan menjadi keharusan untuk dilakukan dan dilestarikan. Pasalnya, Bau Nyale sebuah tradisi yang sudah menyatu dengan jati diri masyarakat sasak. Terlebih, ada banyak pesan moral yang terkandung dalam legenda Putri Mandalika itu dan pelaksanaan Bau Nyale. Yang mana, itu peninggalan leluhur Suku Sasak Lombok.
Sehingga apapun keputusan yang diputuskan oleh para penjuru mata angin hari ini, merupakan sebuah kesepakatan bersama. Artinya, itu mewakili masyarakat Loteng secara keseluruhan. Sehingga tidak ada lagi yang perlu diperdebatan di kemudian hari.
“Ini akan menjadi keputusan kita bersama, sehingga saya berharap tidak ada lagi pro dan kontra dalam kesepakatan ini,” harap Wabub.
Sekretaris DPD II Partai Golkar Loteng ini mengutarakan, perihal menindaklanjuti hasil hari ini, Pemkab melalui Disparbud Loteng seperti biasa pada tahun-tahun sebelumnya ada menghadirkan rangkaian kegiatan. Untuk itu, akan ada tindaklanjut secara teknis, dalam artian akan ada pembentukan tim atau panitia untuk menyiapkan kegiatan itu. Dari situ nantinya disepakati perihal apakah akan ada karnaval, hiburan dan lainnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Tentu dengan catatan, mempertimbangkan wabah Covid-19.
“Intinya kita segera bentuk panitianya dulu baru menentukan kegiatan rangkaian kegiatannya. Setelah itu baru kita akan ketahui seperti apa pelaksanaan dari Bau Nyale yang barusan ditetapkan waktu pelaksanaannya,” pungkas mantan Sekda Loteng ini.